Soppeng, Celebesindo.com,
Di lingkungan sekolah, terkadang muncul riak-riak kecil antar murid. Hal itu bisa berupa saling ejek, ucapan yang kurang pantas, atau salah paham dalam bermain.
Meski terlihat sepele, peristiwa seperti ini sering berujung pada tangisan bahkan pertengkaran kecil.
Situasi semacam ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa anak-anak masih berada dalam proses belajar memahami perasaan, menghargai perbedaan, serta mengendalikan emosi.
Sebagai pendidik, tugas guru bukan hanya mengajarkan aspek akademik, tetapi juga menuntun peserta didik untuk tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter, berempati, dan mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang baik.
Setiap kejadian kecil di antara mereka selalu dijadikan momen pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, saling menghormati, dan kasih sayang antar sesama.
Di SD Negeri 7 Salotungo, telah disepakati bersama bahwa setiap insiden antar siswa akan terlebih dahulu diselesaikan secara baik oleh guru kelas masing-masing.
Guru berperan sebagai pendamping utama yang mengenal kepribadian dan latar belakang siswanya. Namun apabila persoalan dipandang cukup serius, maka penyelesaiannya dilanjutkan oleh Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) Sekolah.
Hari ini, salah satu bentuk penerapan komitmen itu kembali terlihat. Dua guru anggota TPPK, Andi Wahdiati, S. Pd dan Nur Pratiwi, S. Pd, Nur Fadillah, S. Pd, Mardayanti, S. Pd berhasil menyelesaikan kasus kesalahpahaman antar murid melalui pendekatan konseling yang lembut dan penuh empati. Sabtu (1/11/2025).
Mereka mendengarkan kedua pihak dengan tenang, memberi ruang bagi anak-anak untuk mengekspresikan perasaan mereka, lalu membantu mereka memahami dampak dari ucapan dan tindakan yang dilakukan.
Sebelum proses konseling dilakukan, masing-masing guru kelas juga telah berkomunikasi dengan pihak orang tua murid sebagai bentuk kolaborasi.
Sekolah memandang bahwa orang tua adalah mitra utama dalam membentuk perilaku anak. Melalui komunikasi yang terbuka dan saling menghormati, penyelesaian masalah menjadi lebih mudah karena sekolah dan keluarga berjalan seirama dalam memberikan pembinaan.
Kepala SDN 7 Salotungo, Abdul Asis, S. Pd I, menyampaikan apresiasinya terhadap langkah bijak para guru dan anggota TPPK.
“Kami selalu berupaya menciptakan lingkungan yang aman, ramah, dan penuh kasih. Kesalahpahaman di antara anak-anak bukanlah hal yang harus disesali, tetapi kesempatan berharga untuk mengajarkan mereka tentang tanggung jawab, empati, dan perdamaian,” ujarnya.
Melalui kejadian ini, SDN 7 Salotungo kembali menunjukkan bahwa pendidikan sejati tidak hanya membentuk kecerdasan intelektual, tetapi juga membangun kecerdasan hati — agar setiap anak tumbuh menjadi pribadi yang santun, saling menghargai, dan mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang damai.
(YM)
