Jejak Ruhani di Taman Ilmu: Harmoni Cinta dalam Pengabdian Pendidikan SD Negeri 7 Salotungo -->

Translate


Jejak Ruhani di Taman Ilmu: Harmoni Cinta dalam Pengabdian Pendidikan SD Negeri 7 Salotungo

CELEBESINDO
Rabu, 09 April 2025

Soppeng, Celebesindo.com, Di dunia yang terus berputar dalam kefanaan, di mana tugas-tugas seringkali menjadi rutinitas yang kering makna, ada sekelompok insan yang menolak hanyut dalam arus biasa. Mereka memilih berjalan dalam diam yang bermakna, dalam kerja yang bernapas cinta, dalam pengabdian yang ditulis dengan dzikir.

Adalah Andi Sumangerukka, SE, S. Sos, M. Si, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Soppeng, yang hadir bukan hanya sebagai pemimpin administratif, tapi sebagai murobbi dalam sunyi. 

Sosoknya bukan sekadar memberi arah, tapi meniupkan ruh ke dalam setiap gerak pendidikan. Dalam pandangnya tersirat hikmah, dalam tutur katanya tumbuh harap. Ia bukan hanya menggerakkan sistem, tapi menghidupkan jiwa.

Lalu hadir Drs. Jamal, M. Si, Koordinator Wilayah UPT Lalabata, bak penjaga taman cahaya. Langkahnya tak mengusik tanah, namun bumi pun tahu ia hadir. 

Ia menyulam jalinan antara pucuk dan akar: dari kebijakan menjadi penguatan, dari struktur menjadi sentuhan. Dalam ketenangan, ia merajut ruang yang sejuk bagi para pendidik untuk tumbuh dan bergerak.

Sudirman, S. Sos, S. Pd, pengawas yang tak hanya mengawasi. Ia bagai angin yang mencium ubun-ubun bumi: tak terlihat namun terasa. Ia hadir tidak membawa tekanan, tapi pemahaman. 

Dalam laku dan tatap yang bersahaja, ia menguatkan para guru bukan dengan kata-kata besar, melainkan dengan kedekatan yang menghargai upaya kecil penuh cinta.

Dan di pelataran cahaya itu, berdirilah keluarga besar SD Negeri 7 Salotungo. Para guru, staf, dan seluruh insan pendidik, adalah para penjaga lentera. 

Mereka adalah para pencari cahaya yang menyalakan obor ilmu satu per satu—meski malam sering datang begitu kelam. Mereka mengajar dengan cinta, membimbing dengan doa, dan menanam harapan dalam ladang ruhani yang disebut "kelas".

Hubungan antara mereka bukanlah sebatas surat tugas, SK, atau agenda kerja. Ini adalah jalinan jiwa, yang barangkali tak terucap, namun terasa. Ini adalah suluk bersama—perjalanan ruhani menuju ridha Ilahi melalui jalur mulia bernama pendidikan.

Dan bila kelak sejarah ditanya, siapa yang menanam cahaya dalam zaman yang mendung, maka nama-nama ini akan disebut bukan di podium dunia, tapi di majelis langit: mereka yang mengajar bukan hanya dengan ilmu, tetapi dengan cinta yang bersumber dari-Nya.

Di sinilah pendidikan menemukan wajah sucinya: bukan sekadar transfer ilmu, tetapi jalan pulang menuju Tuhan.

(Red)