Pamit Memanjat Kelapa, Irsal Pulang Merengngang Nyawa -->


 

Translate


Pamit Memanjat Kelapa, Irsal Pulang Merengngang Nyawa

CELEBESINDO
Kamis, 16 Juni 2022


Selayar, Celebesindo.com,-Belum lagi kering, tanah pemakaman, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril), putera sulung Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang meninggal dunia akibat terseret arus sungai Bern, Swiss, saat akan melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. 

Pekan ini, peristiwa yang hampir serupa, menimpa Yandi Irsal Nur (Irsal) pelajar kelas VIII SMPN No. 3 Bontosikuyu, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. 

Di lingkungan keluarganya, Irsal (13 thn) dikenal sebagai sosok anak yang rajin dan patuh. 

Dengan memanfaatkan skill dan kepiawaiannya, memanjat pohon kelapa, di usianya yang masih sangat belia, Irsal, sudah menjadi tulang punggung keluarga, membantu orang tuanya bekerja dan meringankan beban keluarga. 

Rutinitas memanjat dan menyeberangkan buah kelapa dari kebun melalui anak sungai, hampir setiap hari dilakoni Irsal, setiap kali pulang dari sekolah. 

Usai mengganti seragam sekolahnya dan bersantap siang, Irsal, langsung bergegas menuju ke kebun dan melakoni rutinitas hariannya. 

Namun siapa sangka, jika keberangkatan Irsal ke kebun, pada hari, Selasa, (14/6) siang, ternyata akan menjadi hari naas yang mengantarkannya menemui maut.


Siang itu, Irsal baru saja akan membawa pulang buah kelapa yang baru dipanjatnya dengan melintasi anak sungai kilotepo. 

Namun naas, saat akan berusaha menyeberangkan buah kelapa melalui anak sungai, kakinya tiba-tiba terpeleset dan membuatnya tercebur ke dalam sungai, di tengah deras arus banjir yang mengaliri sungai kilotepo. Sebelumnya, hujan deras baru saja mengguyur beberapa wilayah di Kabupaten Selayar, termasuk Kecamatan Bontosikuyu. 

Arus banjir yang sangat deraspun, membuat, tubuh Irsal, terseret aliran sungai, sampai ke area Balang Bo'dong, dan akhirnya tersangkut pada salah satu pohon beringin di sekitar tkp. 

Akibat peristiwa ini, nyawa Irsal tak terselamatkan. Ia ditemukan warga, telah terbujur kaku dan tak lagi bernafas. 

Ia menutup usia di tengah perjuangan mencari serta mengumpulkan nafkah bagi keluarga, dan sekaligus untuk menutupi biaya pendidikannya. 

(Andi Fadly Daeng Biritta)