Melalui Menhan, Indonesia-Prancis Bahas Pesawat Tempur Rafale -->


 

Translate


Melalui Menhan, Indonesia-Prancis Bahas Pesawat Tempur Rafale

CELEBESINDO
Jumat, 12 Februari 2021




Jakarta, Celebesindo.com, -Kementerian Pertahanan Indonesia dan pihak Prancis melanjutkan pembahasan tentang rencana akusisi pesawat tempur Rafale. Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan RI, Mayjen TNI Dadang Hedrayudha, didampingi Dirtekindhan Laksma TNI Sri Yanto, S.T. menerima kunjungan dari Tim Dassault Prancis, pada Kamis, 11-2-2021.

Dirjen Pothan Menyatakan Pertemuan ini merupakan perkenalan perusahaan Dassault Aviation Prancis, yang diwakili oleh Vice President Business Development, Jean Claude Piccirillo dan Vice President Offset Dassault, Michael Paskoff.

Dirjen Pothan menyambut baik kedatangan Tim Dassault dalam rangka kerja sama akuisisi pesawat Tempur Multi Role Rafale produksi Dassault Prancis, ungkap situs Kemhan RI, 12-2-2021.

Dirjen Pothan berharap kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Prancis ini banyak memberi manfaat bagi kedua belah pihak serta dapat memajukan industri pertahanan Indonesia.

Semua pihak berharap pembahasan offset pengadaan pesawat Rafale ini berjalan dalam suasana penuh kekeluargaan dan memberikan kemajuan di kedua pihak, serta segera dapat diwujudkan.

Pembicaraan Rafale Terdahulu

Sebelumnya situs La Tribune Prancis pada 17 Januari 2020 mengabarkan bahwa Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ingin mempersenjatai Indonesia untuk menangkal ancaman di laut China Selatan.

Berdasarkan sumber yang relevan, ungkap La Tribune Prancis, Indonesia tertarik untuk membeli pesawat tempur Rafale (Dassault Aviation), kapal selam Scorpene dan korvet Gowind (Grup Angkatan Laut). Hal ini terkait dengan Kunjungan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto ke Paris pada 20-1-2020.

Pertemuan Menhan RI Prabowo Subianto dan Menhan Prancis, Florence Parly, di Paris, 13-01-2020. (@ KBRI_Paris)

Menurut sumber yang diwawancarai La Tribune, Indonesia tertarik untuk mendapatkan 48 pesawat tempur Rafale, hingga 4 kapal selam Scorpene yang dipersenjatai dengan Rudal Exocet SM39. Indonesia juga berminat mendapatkan 2 Korvet Gowind yang berbobot 2.500 ton. Pembelian ini dapat dilakukan melalui perjanjian antar pemerintah antara Prancis dan Indonesia, yang ingin segera dilaksanakan.

Komentar Menlu Prancis tentang Rafale

Kabar terbaru tentang rencana pembelian pesawat tempur Rafale oleh Indonesia, muncul 11 bulan kemudian. Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly, pada Kamis, 3-12-2020 mengatakan negosiasi Prancis dengan Indonesia mengenai pesanan 36 pesawat tempur Rafale buatan Dassault Aviation, “sangat maju”.


Jika dalam laporan La Tribune Prancis sebelumnya disebutkan 48 pesawat, namun Prancis Florence Parly menyebutkan angka 36 pesawat Rafale. Pesanan ini “belum ditandatangani, kami telah bekerja banyak untuk itu”, ujar Florence Parly, saat diwawancarai di BFM Business. “Ini sangat maju”, ujarnya dirilis Reuters.


Pesawat Rafale ke Jakarta.

Upaya Prancis memperkenalkan Rafale ke Indonesia, bukanlah hal yang baru. Tiga pesawat tempur Rafale sempat datang ke Indonesia pada 21 Agustus 2018.

Atas undangan dari Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, Tim Jakartagreater berkesempatan menyaksikan langsung 3 jet tempur Rafale serta satu pesawat angkut militer Airbus A400M milik Angkatan Udara Prancis, yang mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Rafale merupakan pesawat tempur serbaguna generasi ke-4.5 bermesin 2, bersayap delta buatan Dassault Aviation.  Rafale dirancang sebagai pesawat berpangkalan, baik di daratan maupun di kapal induk.

Pesawat Rafale terdiri dari 3 versi pesawat tempur yakni :

Versi satu-tempat duduk Rafale C.
Versi dua-tempat duduk Rafale B.
Versi AL (kapal induk) adalah Rafale M.

Tiga versi pesawat tempur ini dilengkapi dengan mesin, sistem tempur dan navigasi, sistem managemen pesawat dan sistem kontrol penerbangan yang sama. Rafale dapat melakukan semua tipe misi dari penyerangan daratan sampai superioritas udara. Dengan kecepatan maksimum 2.300 Kilometer per jam, Rafale bisa menjangkau hingga lebih dari 3.700 kilometer dari titik keberangkatan.

Rafale menurut catatan wikipedia, org berfiturkan sayap delta berpadu dengan kanard aktif terintegrasi (dekat-berpasangan) untuk memaksimalkan kemampuan manuver (+9 g atau -3 g) sambil memelihara kestabilan terbang, nilai maksimum 11 g dapat diraih dalam keadaan darurat. Kanard juga mengurangi laju pendaratan hingga 115 knot.

Sejak varian F3 standard Rafale mampu membawa beragam senjata Mica IR and EM air-to-air missiles, precision ground attack dengan Rudal jelajah SCALP EG, rudal air-to-surface AASM Hammer, anti-shipping mission dengan Rudal sea skimming Exocet AM39 , Rudal MBDA Meteor beyond-visual-range hingga serangan nuklir dengan Rudal ASMP-A.

Menurut sumber internal (Les essais en vol du Rafale) batas laju terendah adalah 100 knot tetapi 80 knot kadang-kadang diperagakan pada pameran dirgantara oleh pilot untuk mengungkapkan mutu laju rendah pesawat ini. Pesawat ini dapat dioperasikan dari landas pacu yang hanya berpanjang 400 meter.

Rafale diperlengkapi dengan sistem pertahanan elektronik terintegrasi yang disebut Spectra yang menyediakan teknologi siluman virtual berbasis perangkat-lunak. Sensor terpenting yang dimiliki adalah radar RBE2 Passive Electronically Scanned Array buatan Thales Group.

Thales mengaku sebagai pihak yang pertama mencapai tingkat kesadaran situasional melalui deteksi dini dan pelacakan multi-sasaran udara untuk pertempuran jarak dekat dan pencegatan berjelajah-jauh, juga penciptaan seketika peta lapangan tiga-dimensi di hadapan dan penciptaan seketika peta daratan beresolusi tinggi untuk navigasi dan penentuan sasaran.


Pesawat tempur Rafale mampir ke Jakarta, 21-8-2018.(Foto Dokumen). 
 
Sistem perlindungan diri elektronik SPECTRA, yang dikembangkan oleh Thales dan EADS Prancis, memberi pesawat ini kemampuan tertinggi untuk bertahan melawan ancaman dari udara maupun daratan. Data Link seketika memungkinkan komunikasi tidak hanya dengan pesawat lain, tetapi juga dengan komando bergerak, komando tetap, dan pusat kendali.

Untuk misi-misi yang memerlukannya, Rafale sebenaranya juga akan menggunakan poda perancangan laser/optik-listrik Damoclès yang membawa kemampuan LGB (Laser Guided Bomb) sepanjang siang dan malam, meskipun Angkatan Udara Perancis berencana memperlengkapi Rafale dengan senjata standoff, sedangkan peran LGB diserahkan kepada Dassault Mirage 2000.

Radar RBE2 AA active electronically scanned array (AESA) buatan Thales digunakan untuk menggantikan Thales RBE2 passive electronically scanned multi-mode radar yang terpasang. Thales mengirimkan radar baru itu pada bulan Agustus 2010 untuk digunakan pada tranche Rafale ke-4.

Thales juga mengaku bahwa radar AESA akan memperbaiki kemampuan operasional pesawat dalam hal jelajah, kemampuan mencegat, kemampuan membuntuti, dan penangkalan. 

Sumber : Jakarta Greater